Wednesday, August 24, 2016

Hukum Berselfie Dalam Islam

Selfie merupakan hobi baru yang hadir pada era globalisasi yang serba moden ini bahkan selfie tidak lagi kenal peringkat umur sama tua, muda atau kanak-kanak.
Pertama sekali, apa itu SELFIE?
“Selfie bermaksud mengambil gambar atau wajah sendiri menggunakan kamera atau telefon bimbit tanpa memerlukan bantuan orang lain. Perkataan Selfie ini juga datang daripada singkatan bahasa inggeris iaitu Self Potrait Photography”
Hensemkan bila Woody berselfie? (Image Google)
Dalam erti kata lain, ia merupakan perbuatan individu yang suka mengambil wajah seorang diri dan memuat naik gambar tersebut ke laman sosial. Selain itu, orang yang rajin selfie ini juga berharap agar gambarnya itu mendapat perhatian umum seperti komen, like dan sebagainya. Dalam islam hukum selfie memanglah tidak tertulis langsung dalam kitab Al-Quran mahupun As-sunnah. Macam pakai jam untuk tentukan waktu solat fardhu, hukum tajwid dalam Al-Quran, hukum berdakwah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter dan hukum solat tarawikh boleh berjemaah. Semua itu tidak disebutkan dalam mana-mana hadith ataupun didalam Al-Quran sendiri namun dalam ajaran Islam terdapat beberapa hadith yang menerangkan tentang larangan tersebut misalnya bergambar. Dalam hadith yang dilarang adalah menggambar makhluk hidup yang bernyawa, sedangkan tumbuhan boleh digambar. Menurut murabbi ana, terdapat beberapa hadis mengenai larangan menggambar makhluk bernyawa.
Dari Ibnu, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta untuk meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupklannya” HR. Bukhari
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling besar siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar gambar-gambar yang bernyawa.” ( lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, bab Tashwiir ).
Hadis tersebut sudah jelas menerangkan adanya larangan menggambar makhluk yang bernyawa. Maksud dari erti kata menggambar dalam hadis tersebut adalah membuat seketsa gambar menggunakan tangan sendiri dengan bantuan alat dimana kita membuat seakan-akan dari gambar asli atau dengan membuat sendiri gambar tanpa meniru. Sebagai contoh adalah melukis makhluk bernyawa, menggambar makhluk hidup tanpa objek di komputer atau di album gambar.
Dalam konteks ini, gambar termasuk dalam kategori gambar, namun gambar tidak dibuat sendiri. Cara kerja gambar sama seperti cermin hanya saja hasilnya dalam bentuk cetak dan ini merupakan sebuah pantulan dari gambar aslinya jadi tidak sama dengan dilukis atau digambar.
Gambar atau selfie tidak dilarang dalam agama, bahkan jika dipublikasikan. Ada beberapa hal yang membuat gambar menjadi dilarang diantaranya adalah :
1. Gambar yang bertujuan untuk dipamerkan.
2. Gambar yang bertujuan untuk merugikan orang lain.
3. Gambar yang bertujuan untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain.
4. Gambar bertujuan untuk nafsu belaka.
5. Gambar yang bertujuan untuk mengadu domba dan membocorkan rahsia yang baik.
Pada hari ini, seperti yang kita lihat bahawa orang lebih gemar berselfie banyak meninggalkan perkara yang lazimnya menjadi kewajipan kepada diri kita setiap hari. Bagi ana, selfie ini adalah perbuatan yang sia-sia (lagha) dan tidak mendatangkan apa-apa faedah. Paling banyak yang suka berselfie ni perempuanlah (bagi ana) Ada pepatah mengatakan, perempuan itu mempunyai 9 nafsu dan 1 aqal. Dalam Bahasa Melayu, nafsu mempunyai makna yang buruk. Kebiasaannya, ia dikaitkan dengan keinginan seksual. Akan tetapi, ana lebih suka merujuk makna perkataan tersebut yang berasal daripada Bahasa Arab.
Makna nafsu atau “nafs” (نفس) bukanlah menjurus kepada kecenderungan seks tetapi lebih kepada “diri, individu, wujud, atau zat” (Kamus Arab-Inggeris Al-Mwrd, boleh rujuk nanti)
Kata akar “selfie” adalah daripada “self” jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu juga membawa maksud “diri” betulkan?
Self (Inggeris) = نفس (Arab) = Diri (Melayu)
Jadi apabila dikatakan “Perempuan itu mempunyai 9 nafsu dan 1 aqal” ia bermakna perempuan mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk melihat“diri” Adakah ini membawa petanda yang buruk?
Imam al-Ghazali dalam catatan peribadinya, المنقذ من الضلال (Penyelamat daripada Kesesatan) menyatakan bahawa, sampai satu ketika, beliau hilang keyakinan kepada pancainderanya disebabkan pancaindera banyak sekali yang mengelirukan, walhal aqallah yang menguraikan kekeliruan tersebut. Contoh, matahari yang tampak pada penglihatan kita saiznya seperti duit syiling (menurut pancaindera), tetapi melalui ilmu falak dan matematik hakikatnya ia lebih besar daripada bumi (menurut aqal).
Sayangnya, kemudiannya Imam al-Ghazali mengalami krisis keyakinan kepada ilmu yang dimiliki oleh aqalnya sendiri. Katanya, andai pancaindera dapat dibuktikan salah oleh aqal, pasti akan ada unsur lain pada manusia yang dapat menafikan kebenaran aqal. Beliau berhujah dengan merujuk kepada “mata-hati” yang dimiliki oleh golongan sufi, suatu keadaan yang dinikmati oleh mereka yang telah mencapai darjat kerohanian yang tinggi.
Ehh, ni bab apa pulak ni? Okay sampai sini saja penulisan ana, maaf kalau ada salah penulisan atau termasuk bab lain pulak hahaha.. maaf ana memang tak pandai bab-bab menaip ni. First time hehehe.. okay sampai sini saja. Massalamah Wa Ilalliqa , Zaijian, Kutpai, Goodbye ☺
Sumber dari : https://medium.com/@kamasaliljasadi/hukum-berselfie-dalam-islam-e071b8ca0d3c#.ek3bd21fc

Lesson Learn

What I've learned so far from my life
  • Don't judge any people by looking or whatever ..  whether they are bad , good , smart , not smart , ugly, pretty / handsome etc .. , because everyone doesn't perfect.
  • If you think negative about someone , everything they do , you will consider wrong. So please , clean your heart and mind. Be positive always.
  • Feel and respect people's feeling. If you don't , one day don't be sad when people don't feel about your feeling.
  • Don't think you already have many friends , have bf /gf , you can forget about your friend that already know for a long time.

Monday, January 16, 2012

EQ ! =)

Emotional intelligence (EI) is the ability to identify, assess, and control the emotions of oneself, of others, and of groups. Various models and definitions have been proposed of which the ability and trait EI models are the most widely accepted in the scientific literature. Criticisms have centered on whether the construct is a real intelligence and whether it has incremental validity over IQ and the Big Five personality dimensions.


Ability model

Salovey and Mayer's conception of EI strives to define EI within the confines of the standard criteria for a new intelligence. Following their continuing research, their initial definition of EI was revised to "The ability to perceive emotion, integrate emotion to facilitate thought, understand emotions and to regulate emotions to promote personal growth."

The ability-based model views emotions as useful sources of information that help one to make sense of and navigate the social environment. The model proposes that individuals vary in their ability to process information of an emotional nature and in their ability to relate emotional processing to a wider cognition. This ability is seen to manifest itself in certain adaptive behaviors. The model claims that EI includes four types of abilities:
Perceiving emotions – the ability to detect and decipher emotions in faces, pictures, voices, and cultural artifacts—including the ability to identify one's own emotions. Perceiving emotions represents a basic aspect of emotional intelligence, as it makes all other processing of emotional information possible.

Using emotions – the ability to harness emotions to facilitate various cognitive activities, such as thinking and problem solving. The emotionally intelligent person can capitalize fully upon his or her changing moods in order to best fit the task at hand.

Understanding emotions – the ability to comprehend emotion language and to appreciate complicated relationships among emotions. For example, understanding emotions encompasses the ability to be sensitive to slight variations between emotions, and the ability to recognize and describe how emotions evolve over time.

Managing emotions – the ability to regulate emotions in both ourselves and in others. Therefore, the emotionally intelligent person can harness emotions, even negative ones, and manage them to achieve intended goals.

The ability EI model has been criticized in the research for lacking face and predictive validity in the workplace.



EI, IQ and job performance

Research of EI and job performance shows mixed results: a positive relation has been found in some of the studies, in others there was no relation or an inconsistent one. This led researchers Cote and Miners (2006) to offer a compensatory model between EI and IQ, that posits that the association between EI and job performance becomes more positive as cognitive intelligence decreases, an idea first proposed in the context of academic performance (Petrides, Frederickson, & Furnham, 2004). The results of the former study supported the compensatory model: employees with low IQ get higher task performance and organizational citizenship behavior directed at the organization, the higher their EI.